Sabtu, 21 Januari 2017

Psikologi Perkembangan

 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Perkembangan Fase Remaja Awal, Kematangan dan Implikasinya dalam Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Imas Kania Rahman, M.Pd.I
 




Disusun oleh : Kelompok V
Hanny Findayani
PAI 3B




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
TAHUN AJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Perkembangan fase Remaja ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Imas Kania Rahman selaku Dosen mata kuliah Psikologi Perkembangan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
            Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita menganai perkembangan pada fase remaja ini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
            Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranta laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna perbaikan malakah ini di waktu yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

                                                                                        Bogor, 08 November 2016



                                                                                                                  Penyusun

DAFTAR ISI







PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

            Menurut Santrock (2003) bahwa remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, sosial emosional. Sedangkan menurut Rumini dan Sundari (2004) remaja adalah perlihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Seiring bertambahnya usia makin berkembang pula intelektualitas dan kematangan psikologis pada manusia. namun sebelum mencapai kematangan itu ada beberapa tahap yang paling menentukan jati diri adalah pada saat memasuki usia remaja.
            Masa remaja adalah penuh dinamika, terutama pada fase remaja awal. Hal ini disebabkan pada fase remaja awal berlangsung bersamaan dengan masa pubertas atau masa perubahan fisik dari masa anak-anak menuju dewasa. Perubahan tersebut mendorong timbulnya isu dan permasalahan dalam fase remaja awal ini.

B.  Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian remaja dalam perspektif Islam dan perspektif Umum?
2.      Apa pengertian remaja dan karakteristik remaja awal ?
3.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja ?
4.      Apa saja tugas-tugas perkembangan pada masa remaja awal ?
5.      Apakah implikasi perkembangan dalam pendidikan?

C.  Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui pengertian remaja dalam perspektif Islam dan perspektif Umum
2.      Untuk Mengetahui pengertian remaja dan karakteristik remaja awal
3.      Untuk Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja
4.      Untuk Mengetahui tugas-tugas perkembangan pada masa remaja awal
5.      Untuk Mengetahui implikasi perkembangan dalam pendidikan


PEMBAHASAN


A.   Perkembangan Fase Remaja dalam Perspektif Islam

Adapun dalam Islam, masa remaja ini berarti mulainya masa akil baligh. Baik itu keradaan fisik, kognitif (pemikiran) dan psikososial (emosi dan kepribadian) pada masa remaja ini berbeda dengan keadaan pada tahap perkembangan lain. Karena disini dia sudah baligh, maka ia sudah mulai menanggung kewajibannya dalam beribadah. Dimana kewajibannya dalam menunaikan ibadah wajib ini ditunjang oleh perubahan raga yang semakin menguat dan membesar, skeresi hormon baru, dan perubahan taraf dalam berfikir. Namun adapun kematangan organ internal pada tubuh mereka tidak serta merta membuat mereka lebih matang perasaan dan pemikirannya.
            Secara fisik, remaja ini sudah mampu melaksanakan puasa dan shalat, ataupun perjalan haji, walapun pada umumnya mereka belum memiliki kemandirian dalam membayar zakatnya sendiri. Selain itu, secara kognitif remaja ini mampu memkanai makana yang mendalam dari dua kalimat syahadat. Remaja yang semakin mampu menangkap dan memahami konsep-konsep abstrak yang sebelumnya hanya mereka pahami satu arah. Dan mereka juga mampu memaknai ayat dan hadits-hadits yang mereka pelajari disaat mereka masih kecil, dan juga mampu menangkap fenomena alam sebagai bukti dari keberadaan Allah SWT.
            Adapun menurut Hasan Basri remaja ini adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang dimana sebelmunya mereka masih ketergantungan dan pada masa remaja ini menuju pembentukan tanggung jawab. Masa remaja ini biasanya ditandai dengan pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah dibayangkan dan dialaminya, baik itu dalam bidang fisik-biologis ataupun psikis dan kejiwaannya. Adapun perubahan fisik yang dialami pada masa remaja ini adalah dimana pada laki-laki keluarnya sperma pada saat mimpi basah pertama, dan pada perempuan terjadinya mestruasi.

Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah adolescence ini sesungguhnya mempunyai arti yang luas, yang dimana kematangan ini mencakup kematangan mental,emosional, social, dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini juga didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mangatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.
Masa remaja adalah waktu meningkatnya perbedaan di antara anak muda mayoritas, yang diarahkan untuk mengisi masa dewasa dan menjadikannya produktif, dan minoritas yang akan berhadapan dengan masalah besar. Adapun masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah masa remaja awal dan usia 17 atau 18 sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah masa remaja akhir.
Remaja ini sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “Topan dan Badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun fase remaja merupakan fase perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik (Monks dkk; 1989). 
Oleha karena itu dari seluruh definisi remaja yang dikemukakan di atas dapat kita simpulkan bahwa remaja termasuk dalam kategori usia 12 tahun sampai 22 tahun, berada pada masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang  mengalami fase perkembangan menuju kematangan baik itu secara mental, emosi, fisik, dan sosial.

B.   Pengertian Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence  mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik pandangan ini diungkapkan oleh Tiaget.
1.      Menurut Rumini dan Sundari (2004), remaja adalah peralihan dari masa
anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22  tahun bagi pria.
2.      Menurut Santrock (2003), masa remaja diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
3.      Menurut Pardede (2002), masa remaja merupakan suatu fase
perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang individu.
Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetpai tidak juga golongan dewasa atau tua.
Masa remaja (adolescence) sebagai periode transisi perkembangan antara perkembangan masa kanak kanak dan masa dewasa, yang melibatkan perubahan perubahan biologis kognitif, dan sosio-emosional. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa.(larson dkk, 2002)
Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, social, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh piaget (121) dengan mengatakan : “Secara psikologi, masa Remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah baik integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir Remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan social orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan”.
Karakteristik Perkembangan Pada Remaja
A.     Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahas.Kematangan kognitif yang terjadi pada masa remaja, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.
Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan.
B.     Perkembangan Psikososial
No.
Tahap Perkembangan
Dampak terhadap Remaja
Efek terhadap Orang Tua
1.
Cemas terhadap penampilan badan atau fisik
Kesadaran diri meningkat (Self consciousness)
Orang tua mungkin menganggap anaknya terfokus pada dirinya
2.
Perubahan Hormonal
Pemarah, anak laki-laki yang tadinya baik dapat menjadi lebih agresif, mungkin timul jerawat, baik pada remaja laki-laki maupun perempuan.
Orang tua mungkin menemukan kesulitan dalam hubungan dengan remaja
3.
Menyatakan kebebasan dan merasa sebagai seorang individu, tidak hanya sebagai seorang anggota keluarga.
Bereksperimen dengan cara berpakaian, berbicara dan cara penampilan diri, sebagai suatu usaha untuk mendapatkan identitas baru.
Orang tua merasa ditola dan sulit menerima keinginan anak yang berbeda dari mereka.

C.    Perkembangan emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembanngnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal perkembangan emosinya menunjukan sifat yang sensitive dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial. Emosinya bersifat negative dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah sedih). Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya.
Gessel dkk menemukakan bahwa remaja 14 tahun sering kali mudah marah, mudah terangsang, dan emosinya cenderung meledak. Tidak berusaha mengendalikan perasaannya.
D.    Perkembangan moral
 Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berprilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian yang positif dari orang lain tentang perbuatannya). Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh factor penentunya yang beragam juga. Salah satu faktor atau yang mempengaruhi perkembangan moral remaja yaitu orang tua.
Menurut kusdwirarti setiono pada umumnya remaja berada Dlam tingkatan konvensional atau berada pada tahap ke tiga (berprilaku sesuai dengan tuntunan dan harapan kelompok), dan keempat (loyalitas terhadap norma atau peraturan yang berlaku dan diyakininya).
E.     Perkembangan kepribadian
Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari sifaty, sikap dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistenti respons individu yang beragam. Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, kognitif, dan nilai-nilai.
Fase remaja merupakan saat brkembangnya identity (jati diri). Perkembangan identity merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi dewasa. Dapat juga dikatakan sebagai aspek sentral bagi kepribadian yang sehat yang merefleksi kan kesadaran diri, kemampuan mengidentifikasi orang lain dan mempelajari tujuan-tujuan agar dapat berpartisipasi dalam kebudayaannya. Erikson meyakini bahwa perkembangan identity pada masa remaja berkaitan erat dengan komitmennya terhadap okupsi masa depan, peran-peran masa dewasa dan sistem keyakinan pribadi.(drs.zulkifli L 2012

C.   Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja

Lingkungan Keluarga
M .I Soelaeman ( 1978-4-5 ) mengemukakan  pendapat para ahli mengenai
pengertian keluarga, yaitu :
-          F. J Brown berpendapat bahwa  di tinjau dari sudut pandang sosiologis, keluarga dapat di artikan menjadi dua macam, yaitu – dalam arti luas, keluarga meliputi, semua  pihak yang memiliki hubungan darah atau keturunan yang dapat di bandingkan dengan “ Clan” atau marga; - dalam arti sempit, keluarga melipuri orang tua dan anak.
-          Maciver menyebutkan lima ciri khas keluarga yang umum terdapat dimana-mana, yaitu – hubungan berpasangan kedua jenis – perkawinan atau bentuk ikatan lain yang mengokohkan hubungan tersebut – pengakuan akan keturunan – kehidupan ekonomis yang di selenggarakan dan di nikmati bersama, - kehidupan berumah tangga.
1.      keberfungsian keluarga
Seiring perjalanan  hidupnya yang di warnai fakrtor internal
(kondisi fisik, psikis, dan moralitas anggota keluarga ) dan faktor eksternal ( perubahan sosial-budaya ), maka setiap kelurga mengalami   perubahan yang beragam. Ada keluraga yang semakin kokoh dalam menerapkan fungsinya ( fungsional-normal ) tetapi ada juga keluaga yang mengalami keretakan atau ketidakharmonisan.
Keluarga yang fungsional memiliki ciri –ciri yang di kemukakan oleh Alexander A. schneiders ( 1960 : 405 )  seperti,
·         Minimnya perselisihan antar orang tua atau orangtua dengan anak
·         Adanya kesempatan untuk menyatakan keinginan
·         Penuh kasih sayang
·         Penerapan disiplin yang tidak keras
·         Ada kesempatan untuk bersikap mandiri dan berpikir, merasa, dan berperilaku
·         Saling menghargai, menghormati anatara orangtua dan anak
·         Ada musyawarah dalam  menyelesaikan masalah
·         Menjalin kebersamaan anatara orangtua dan anak
·         Orangtua memilki emosi yang stabil
·         Mengamalkan nilai-nilai moral dan agama
Apabila dalam suatu keluarga tidak mampu menjalankan fungsi
fungsi seperti di atas, keluarga tersebut berarti mengalami stagnasi ( kemandegan ) atau disfungsi yang pada gilirannya akan merusak kekokohan konstelasi kelurarga tersebut ( khusunya terhadap perkembangan anak tersebut )
            Menurut Dadang Hawari ( 1997 : 163-165 ) anak yang di besarkan
dalam keluarga yang mengalami disfungsi mempunyai resiko yang lebih besar untuk bergantung tumbuh kembang jiwanya ( misalnya, kepribadian anti sosial ), daripada anak yang di besarkan dalam keluarga yang harmonis atau  utuh ( sakinah ). Ciri-ciri keluarga yang  mengalami disfungsi :
·         Kematian salah satu atau kedua orangtua
·         Kedua orangtua berpisah atau bercerai
·         Hubungan kedua orangtua yang tidak baik
·         Hubungan orangtua dan anak tidak baik
·         Suasana rumah tangga yang tegang tanpa kehangatan
·         Orangtua sibuk dan jarang ada di rumah
·         Salah satu orangtua atau keduanya memiliki kelainan atau gangguan kejiwaan
Salah satu ciri disfungsi adalah perceraian orangtua. Ternyata perceraian orangtua memberikan dampak yang kurang baik terhadap perkembangan kepribadian anak. Dalam sebuah penelitian, dikatakan bahwa remaja  yang orangtuanya bercerai cenderung menunjukan  ciri- ciri :
·         Anak berperilaku  nakal
·         Mengalami depresi
·         Melakukan  hubungan seksual secara aktif
·         Kecenderungan terhadap obat-obat terlarang
Berkaitan dengan masalah disfungsional keluarga tersebut Stephen R. Covey ( 1997:17, 20-21, dan 390 ) mengemukakan bahwa sekitar 30 tahub lalu telah terjadi perubahan situasi kelurga yang sangat kuat dan dramatis, yaitu terjadinya peristiwa berikut :
·         Angka kelahiran anak yang tidak sah meningkat menjadi 400%
·         Presentase kepala keluarga oleh “Orangtua Tunggal “ telah berlipat ganda
·         Angka perceraian yang terjadi telah berlipat ganda, banyak pernikahan yang berakhir dengan perceraian
·         Peristiwa bunuh diri di kalangan remaja meningkat sekitar 300%
·         Skor tes bakat skolastik para siswa turun sekitar 37 butir
·         Terjadinya masalah kekerasan ( pemerkosaan ) yang di lakukan oleh partnernya
·         Seperempat remaja yang melakukan hubungan seksual telah terkena penyakit kelamin sebelum menamatkan sekolah di SMU
Untuk merespons berbagai masalah yang menganggu keharmonisan kelurga, Covey mengajukan satu resep yang dinamakan The 7 Habits of Highly Effective Families yang dimaksud  ialah        ( keluarga yang indah ). Tujuh kebiasaan kelurga yang efektif itu adalah sebagai berikut :
·         Be Proactive ( menjafdi ageb pembaharuan dalam kelurga ) keluraga dan para anggota keluarga bertanggung jawab terhadap pilihannya sendiri dan memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai berdasarkan kondisi atau suasana hati
·         Begin with The End in Mind  keluarga membangun masa depannya sendiri melalui upaya menciptakan visi mental dan tujuan untuk berbagai persoalan besar dan kecil. Mereka tidak hidup dari hari ke hari tanpa tujuan yang jelas dalam pikirannya. Bentuk kreasi mental yang paling tinggi adalah pernyataan misi pernikahan atau keluarga
·         Put First Thing First ( menjadikan keluarga sebagai prioritas ), keluarga mengorganisasikan dan melaksanakan proiritas-prioritasnya yang sangat penting, seperti yang dinyatakan dalam pernyataan misi pribadi, pernikahan dan kelurganya. Atau membuat komitmen untuk setiap minggunya memberikan waktu khsusus untuk keluarga
·         Think Win-Win, ( bergerak dari me ke we ) para anggota keluarga berpikir dalam tatanan yang saling menguntungkan.
·         Seek First to Understand  ( memecahkan masalah keluraga melalui komunikasi yang empatik )
·         Synergize, para anggota keluarga mengembangkan kekuatan-kekuatan keluraga dan anggota kelurga melalui sikap saling menghormati dan penilaian terhadap perbedaan masing-masing.
·         Sharpen the Saw ( memperuncing gergaji : memperbaharui spirit keluarga melalui tradisi)
Untuk mengembangkan atau menanamkan ketujuh kebiasaan tersebut, Covey mengajukan epat prinsip peranan keluarga, yaitu :
·         Modelling ( example of Trustworthness ). Orangtua adalah contoh atau model bagi anak, tidak dapat di pungkiri bahwa orangtua mempunyai pengeruh yang sangat kuat bagi anak.
·         Mentoring, yaitu kemampuan untuk menjalin atau membangun hubungan, investasi emosional ( kasih sayang kepada orang lain ) atau pemberian perlindungan kepada orang lain secara dalam , jujur, pribadi, dan tidak bersyarat.
·         Organizing, yaitu keluarga seperti perusahaan yang membutuhkan tim kerja dan kerjasama antar anggota dalam menyelesaikan tugas-tugas atau memenuhi kebutuhan
·         Teaching. Orangtua berperan sebagai guru ( pengajar ) bagi anak –anaknya tentang hukum-hukum dasar kehidupan, dalam hal pengajaran orangtua sedang menanamkan prinsip-prinsip hidup yang sesuai dengan agama.
2. Pola Hubungan Orangtua–Anak (Sikap atau Perilaku Orangtua terhadap Anak)
            Terdapap berbagai pola dan perilaku atau sikap orangtua terhadap anak yang masing-masing mempunyai pengaruh tersendiri terhadap kepribadian anak. Menurut Peck ( Lorre, 1970 : 144 ) telah meneliti hubungan anatara karakteristik dan pola perlakuan kelurga dengan elemen-elemen srtuktur kepribadian remaja. Hasil temuanya menunjukan bahwa :
a.       Remaja yang memiliki “ Ego Stenght “( kematangan Emosional, intelegensi, pribadi, otonomi, dan bertingkah laku  rasional, perseprsi diri dengan harapan-harapan masyarakat ). Secara konsisten,  sangat erat dengan pengalaman nya di lingkungan  keluarga yang saling menerima dan mempercayai.
b.      Remaja yang memiliki “Superego Strenght “ ( berperilaku secara efektif yang di bimbing oleh kata hatinya ) sangt berkaitan erat dengan keteraturan dan konsistensi kehidupan keluarganya.
c.       Remaja yang “ Freindliness” dan “Spontatanetty “ berhubungan erat dengan iklim keluarga yang demokratis
d.      Remaja yang bersikap bermusuhan dan memiliki perasaan gelisah atau cemas terhadap dorongan-dorongan dari dalam, berkaitan erat dengan keluarga yang otoriter.
Adapun Diana Baumrind ( Weiten & Lioyd, 1994 : 359-360 ) menegmukakan pengaruh “Parenting Style “ terhadap perilaku anak.
PARENTING
STYLE
Authoritarian
SIKAP ATAU PERILAKU ORANGTUA
1.  Sikap “Acceptance “ rendah, namun kontrol nya tinggi
2.  Suka menghukum secara fisik
3.  Bersikap mengomandoi
4.  Bersikap kaku ( keras )
5.  Cenderung emosionalnya bersikap menolak
PROFIL PERILAKU ANAK

1.      Mudah tersinggung
2.      Penakut
3.      Pemurung, tidak bahagia
4.      Mudah terpengaruh
5.      Mudah stress
6.      Tidak memeiliki arah masa depan yang jelas
7.      Tidak bersahabat

Permissive

1.  Sikap “ Acceptence “ nya tinggi,  namun kontrolnya rendah
2.  Memberi kebebasan kepada anak untuk menyataka dorongan atau keinginannya

1)     Bersikap implusif dan agresif
2)     Suka memberontak
3)     Kurang memiliki rasa percaya diri dan pengendalian diri
4)     Suka mendominasi
5)     Tidak jelas arah hidupnya
6)     Prestasinya rendah

Auturotative

1.  Sikap “Acceptence “ dan kontrolnya tinggi
2.  Bersikap responsif terhadap kebutuhan anak
3.  Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau keinginannya
4.  Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan baik maupun buruk

1)     Bersikap bersahabat
2)     Memiliki rasa percaya diri
3)     Mampu  mengendalikan diri
4)     Bersikap sopan
5)     Mau bekerja sama
6)      Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
7)     Mempunyai tujuan atau arah hidup yang jelas
8)     Berorientasi terhadap prestasi
Dari tabel di atas dapat di ambil kesimpulan banhwa “Parenting Style “ terhadap perilaku remaja yaitu :
1.      remaja yang orangtuanya bersikap “ Autoritarian “ , cenderung bersikap bermusuhan dan memberontak.
2.      remaja yang orang tuanya bersikap “Permisive “ cenderung berperilaku bebas ( tidak kontrol )
3.      remaja yang orangtuanya bersikap “Outoritative “ cenderung terhindar dari kegelisahan, kekacauan, atau perilaku  nakal.
v  Kelas Sosial dan Status Ekonomi
Pikunas ( 1976 : 72 ) mengemukakan pendapat Backer, Deutsch, Kohn, Sheldon. Tentang kaitan antara kelas sosial dengan cara atau teknik orangtua dalam mengatur 
( mengelola / memperlakukan anak yaitu, ) :
a.       Kelas bawah ( lower Class ) : cenderung lebih keras dalam “ Toilet Training “ dan lebih sering menggunakan hukuman fisik, di bandingkan dengan kelas menengah. Anak- anak kelas bawah cenderung bersikap agresif, independen, dan lebih awal dalam pengalaman seksual
b.      Kelas Menengah ( Middle Class ) : cenderung memberikan pengawasan, dan  perhatiannya sebagai orangtua. Para ibunya merasa bertanggungjawab terhadap tingkal laku anak-anak nya, menerapkan kontrol yang lebih halus, mereka mempunyai ambisi yang lebih tinggi, dan menekan anak untuk mengejar statusnya melalui pendidikan atau latihan profesional
c.       Kelas Atas ( Upper Class ) : cenderung lebih memanfaatkan waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan tertentu, lebih memiliki latar belakang pendidikan yang reputasinya tinggi , dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya. Anak –anak cendrung memiliki rasa percaya diri, dan berperilaku  memanipulasi aspek realitas.
Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mnegembagkan potensinya, baikyang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, Hurlock ( 1986 : 322 ) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan anak baik dalam cara berfikir, bersikap, dan berperilaku. Sekolah berperan sebagai subsitusi keluarga, dan guru sebagai subsitusi orangtua. Mengapa sekolah memainkan peranan penting bagi perkembangan kepribadian anak, yaitu :
·         Para siswa harus hadir di sekolah
·         Sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini, seiring dengan perkembangan “ konsep Diri “
·         Anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah
·         Sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih kesempatan sukses
·         Sekolah memberikan kesempatan pertama  pada anak untuk menilai dirinya, dan kemampuannya  secara realistik.
Kelompok Teman Sebaya
Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja ( siswa ) mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan  kepribadiannya. Perannanya itu semakin penting, terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada beberapa dekade terakhir, yaitu a). perubahan struktur kelurga, dari kelurga besar ke keluarga kecil, b). kesenjangan antara generasi tua dan muda c). ekspansi jaringan komunikasi antara kawula muda dan tua d). panjangnya masa penundaan memasuki masyarakat orang dewasa.
            Aspek kerpibadian remaja yang berkembang secara menonjol dalam pengalamannya dalam pergaulan dengan teman sebaya, adalah :
a)      Social Cognition : kemampuan untuk memikirkan tentang pikirn, perasaan, motif , dan tingkah laku dirinya dan orang lain. Kemampuannya memahami orang lain, memungkinkan remaja lebih mampu menjalkin hubungan sosial yang lebih baik dengan teman sebaya nya. Mereka telah mampu melihat bahwa orang itu sebagai individu yang unik, dengan perasaan, nilai-nilai minat, dan sifat-sifat kepribadian yang beragam.
b)      Konformitas : motif untuk menjadi sama, kebiasaan, kegemaran, atau budaya teman sebayanya.
Karakeristik persahabatan remaja di pongaruhi oleh kesamaan : usia, jenis kelamin, dan ras. Sedangkan di sekolah di pengaruhi oleh kesamaaan dalam faktor-faktor : harapan / apresiasi, nilai, absensi, dan pengerjaan tugas-tugas atau  pekerjaan rumah. Kandel juga mengemukakan bahwa kesamaan dalam menggunakan obat0obat terlarang ( terutama merokok, minuman keras, memiliki pengaruh kuat dalam pemilihan teman.
            Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap remaja itu ternyata berkaitan dengan iklim keluarga remaja itu sendiri. remaja yang memilki hubungan baik dengan orangtuanya ( iklim keluarga sehat ) cenderung dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif teman sebayanya. Di bandingkan denga remaja yang hubungan dengan orangtuanya kurang baik.



D.   Tugas-tugas Perkembangan Remaja Awal

Menurut Havighurst, remaja mempunyai tugas perkembangan sebagai berikut:
2.      Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita.
3.      Mencapai peran sosial pria dan wanita.
4.      Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
5.      Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
6.      Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya.
7.      Mempersiapkan karier ekonomi.
8.      Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
9.      Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
Tugas perkembangn pada masa remaja awal yaitu dengan menerima keadaan fisik dirinya dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif. Hal ini karena remaja pada masa tersebut  meengalami perubahan-perubahan fisik yang sangat drastis, seperti pertumbuhan tubuh yang meliputi tinggi badan, berat badan, panjang organ-organ tubuh, dan perubahan bentuk fisik seperti tumbuhnya rambut, payudara, panggul, dan sebagainya.
            Secara umum, tugas perkembangan pada masa remaja awal adalah upaya untuk menghilangkan sifat-sifat kekanak-kanakan serta berusaha untuk menepati kemampuan untuk bersikap dan berperilaku secara dewasa.
            Pada masa perkembangan remaja awal mereka membutuhkan kekuatan dan daya tahan tubuh serta perlindungan keamanan fisiknya. Kondisi fisik amat penting dalam perkembangn dan pembentukan pribadi seseorang.
            Remaja merupakan nilai penting yang harus diperhatikan dalam kehidupan, maka pengaruh pada orang-orang yang ada disekitarnya dan perkembangannya mengarahkan dalam bentuk kemandirian dan kematangan dalam berfikir.

E.   Implikasi Perkembangan Peserta Didik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

            Sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, maka proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi antara dua faktor yang sama-sama penting kedudukannya yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan. Keberadaan dua faktor tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya karena kenyataannya kedua faktor tersebut tidak bekerja sendiri-sendiri dalam oprasionalnya.
Adapun beberapa implikasi perkembangan peserta didik terhadap penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut :
1.      Pertumbuhan dan perkembangan manusia sejak lahir berlangsung dalam lingkungan sosial meliputi semua manusia yang berada dalam lingkungan hidup itu.
2.      Interaksi manusia dengan lingkungannya sejak lahir menghendaki penguasaan lingkungan maupun penyesuaian diri pada lingkungan.
3.      Dalam interaksii sosial, manusia  sejak lahir telah menjadi anggota kelompok sosial yang dalam hal ini ialah keluarga.
4.      Atas dasar ketertarikan dan kewajiban sosial para pendidik terutama orang tua, maka anak senantiasa berusaha menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial, serta lingkungan psikis yang sebaik-baiknya bagi proses pertumbuhan dan perkembangannya.
5.      Setelah umur kronologis mencapai lingkungan tertentu, anak telah mencapai berbagai tingkat kematangan intelektual, sosial, emosional, serta kemampuan jasmani yang lain.
6.      Kematangan sosial merupakan landasan bagi kematangan intelektual, karena perkembangan kecerdasan berlangsung dalam lingkungan sosial  tersebut.
7.      Kematangan emosional melandasi kematangan sosial dan kematangan intelektual, karena sebagian besar tingkah laku manusia dikuasai atau ditentukan oleh kondisi perasaannya.
8.      Kematangan jasmani merupakan dasar yang melandasi semua kematangan sebagaimana dimaksudkan di atas.
9.      Pendidik yang berkecimpung dalam pengasuhan anak dalam perkembangan di masa kanak-kanak hendaklah memperhatikan keterkaitan anatara berbagai segi kematangan jasmani dan rohani anak dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
10.  Hasil-hasil belajar yang mendasari hidup bermasyarakat banyak dicapai oleh anak dalam keluarga terutama semasa masih kanak-kanak, yaitu sikap dan pola tingkah laku terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.
11.  Iklim emosional yang menjiwai keluarga itu meliputi : hubungan emosional antara keluarga, kadar kebebasan menyatakan diri dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
12.  Seorang anak dimana anak sekolah adalah seorang realis yang hendak mengenal kenyataan di sekitarnya menurut keadaan senyatanya atau objektif apa adanya.
13.  Pemahaman guru terhadap minat dan perhatian peserta didik akan sangat bermanfaat dalam  perencanaan program-program pendidikan maupun pengajaran.
14.  Karakteristik umum pertumbuhan/perkembangan peserta didik ialah ditandai dengan : Kegelisahan, pertentangan, keinginan memcoba segala sesuatu, menghayal dan aktivitas berkelompok.



PENUTUP

A. Kesimpulan

·         Perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Adapun karakteristik perkembangan remaja meliputi :
o   kognitif
o   psikososial
o   emosi
o   moral
o   kepribadian
·         Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja :
o   Lingkungan keluarga
o   Lingkungan sekolah
o   Kelompok teman sebaya
·         Tugas Remaja awal lebih kepada peningkatan kognitif, emosional, dan kepribadian. dan disini peran orang tua, guru, teman, dan lingkungan sangatlah berpengaruh terhapad perkembangannya.





DAFTAR PUSTAKA

1.      kangwahyu68.blogspot.co.id/2014/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html?m=1
2.      Drs. Dzulkilfi L, Psikologi Perkembangan,bandung: PT Remaja Rosdakaria, 2012.,
3.      Jhon W.Santrock, Remaja, PT Gelora aksara pratama, 2007
4.      Heni Nurhaeni, Kesehatan Jiwa Remaja dan konseling, Jakarta: Trans info media 2009
5.      DR H Syamsu Yusuf LM, Psikologi perekmabangan anak dan remaja,PT Remaja Rosdakarya 2000-2009




Tidak ada komentar:

Posting Komentar